Thursday, 11 December 2014

Tugas Kunjungan Tempat Wisata "Museum Wayang"

Carissa Rukmana 915130070
Ivana Tangmar     915130116



BAB I
Latar Belakang

Dalam tugas untuk mengunjungi tempat wisata, Museum Wayang yang terletak di Kota Tua menjadi  tujuan kelompok kami. Museum itu terletak berdekatan dengan alun-alun Kota Tua dan Museum Fatahillah yang kala itu sedang dalam masa renovasi.
Museum Wayang adalah museum yang berisikan hampir lebih dari 5000 wayang yang berasal dari Indonesia serta terdapat boneka-boneka lain yang berasal dari negara lain seperti Malaysia, Suriname, Kelantan, Perancis, Kamboja, India, Pakistan, Vietnam, Inggis, Amerika dan Thailand.
Museum Wayang pada mulanya adalah sebuah gereja tua yang didirikan VOC pada tahun 1640 dengan nama “de oude Hollandsche Kerk” yang berfungsi sebagai tempat peribadatan penduduk sipil dan tetnara bangsa Belanda yang tinggal di Batavia. Gereja itu juga pernah mengalami perbaikan pada tahun 1732 dan berganti nama menjadi Oude Holandsche Kerk. Kemudian terjadi sebuah gempa yang menyebabkan gereja ini runtuh dan kemudian dibangunlah Museum Wayang diatas tanah gereja itu setelah pada tahun 1957 gedung itu diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia. Hingga akhirnya museum ini diresmikan oleh Gubernur Jakarta saat itu yaitu Ali Sadikin pada tanggal 13 Agustus 1975.
Wayang secara etimologi berasal dari kata ‘bayang-bayang’.Awalnya Wayang ini digunakan untuk melakukan komunikasi dengan roh leluhur atau nenek moyang, dan perantaranya disebut dalang.Namun akhirnya berkembang menjadi sebuah sarana hiburan, pendidikan, media informasi maupun ajaran moral.
Wayang di Indonesia terutama di Pulau Jawa mulanya merupakan produk kebudayaan keratin.Wayang yang pada awalnya dijadikan alat pemujaan leluhur maka setelah kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia sekitar abad ke-5 Masehi mengalami pergeseran nilai.Dunia Pewayangan Indonesia mendapat pengaruh secara khas terutama dalam hal ceritera/lakon seperti ceritera Ramayana dan Mahabharata sehingga bentuk dan sajiannya semakin berubah dan luas jangkauannya dalam tampilan dan tema ceritanya.Dalam perkembangan kemudian wayang di Indonesia telah demikian mentradisi sehingga mampu bertahan di tengah-tengah masyarakat.
Para pengunjung di Museum Wayang diajak untuk mengenal berbagai karakter, sikap maupun perilaku lakon dari berbagai daerah melalui tampilan wayang yang mempunyai bobot yang lhur dan tinggi nilainya dalam budaya kita dengan menyaksikan sejumlah koleksi wayang, seperti wayang kulit, wayang golek, patung wayang, topeng wayang, wayang beber, wayang kaca, gamelan serta lukisan-lukisan wayang.
Selain ada wayang-wayang, dalam Museum Wayang juga terdapat sebuah taman yang historis karena ada 9 prasasti yang ditulis dengan menggunakan bahasa Belanda yang ternyata menampilkan nama-nama pejabat Belanda yang pernah dimakamkan di halaman Museum Wayang yang dulu merupakan sebuah halaman gereja. Dan kebetulan di halaman gereja itu dijadikan tempat pemakaman yang bernama Makam Kebon Jahe Kober, tepatnya tahun 1795.Ketika itu terjadi suatu wabah yang membuat banyak warga belanda di Batavia meninggal.Hal ini membuat kebutuhan lahan penguburan meningkat signifikan.
Selain 9 prasasti, di taman tersebut juga terdapat sebuah prasasti yang terletak persis di seberang 9 prasasti tersebut. 1 prasasti itu bertuliskan nama Jan Pieterszoon Coen, penakluk Batavia pada 1619. Prasasti itu menunjukkan makam dari Jan Pieterszoon Coen dengan menggunakan bahasa Belanda juga.




BAB II
Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah menggunakan metode kuantitatif karena penelitian kali ini berfokus kepada pendapat dari penulis. Metode kuantitatif adalah metode yang memiliki pendekatan interpretivisme yang mempunyai karakteristik seperti :
1.    Subjektif
2.    Metodis
3.    Sistematis
4.    Kasuistik
Bersifat subjektif, maksudnya adalah penelitian ini berbasis pada pendapat dari penulis dan bersifat subjektif karena pendapat dari tiap orang berbeda-beda maka tidak mungkin menggunakan metodologi kualitatif yang bersifat objektif dan tiap diuji ulang menghasilkan reaksi yang sama.
Metodis, maksudnya dalam metode kuantitatif menggunakan teori framing, analisis dan semiotik. Bukan seperti metode kualitatif yang menggunakan eksperimen
Sistematis, maksudnya adalah penelitian ini bukan merupakan suatu bahasan yang memiliki kesimpulan yang sama dengan tulisan lain yang bertema sama.
Kasuistik, maksudnya adalah suatu tulisan akan dibuat sesuai dengan ideologi seseorang dan tergantung cara pikir orang lain. Jadi tidak bisa diterima mutlak oleh semua orang karena pendapat setiap orang berbeda-beda





BAB III
Pembahasan

Ketika pertama kali memasuki museum, terdapat 2 boneka wayang yang sangat tinggi dan besar yang terdapat di belakang loket kemudian terdapat sebuah lorong yang di sisi kanan dan kirinya terdapat wayang-wayang yang berasal dari belahan Indonesia.Ada yang diletakkan di dalam lemari kaca dan ada juga yang tidak dilindungi lemari kaca.
Setelah melewati taman historis Museum Wayang, terdapat suatu ruangan yang berisikan beberapa wayang yang sangat unik. Salah satunya adalah sebuah wayang yang digunakan dalam pemakaman untuk diletakkan bersama jasad pria yang belum menikah.Wayang tersebut terletak di pojokan ruangan dan terlihat agak mengerikan dan raut mukanya sedih.Namun selain itu juga terdapat wayang yang mengingatkan dengan masa kecil tetapi lebih tepat disebut boneka yaitu Si Unyil dan ada Ondel-ondel yang berukuran besar.
Kemudian ruangan tersebut dilanjutkan dengan sebuah tempat yang menunjukkan wayang-wayang yang disusun seakan membuat sebuah cerita.Mulai dari boneka wayang berbentuk orang Belanda melawan orang Betawi sampai ada boneka Si Manis Jembatan Ancol dan teman-temannya.Boneka wayang yang berada di ruangan itu terlihat begitu nyata dan persis seperti manusia walaupun berukuran kecil.
Museum wayang memiliki 2 lantai dan tangga menuju lantai kedua terdapat diujung ruangan lantai 1.Saat menaiki lantai ke dua, terlihat beberapa susunan wayang yang dimasukkan ke dalam kaca tipis dan terlihat sangat menarik.Di lantai ini terdapat juga gamelan yang kebetulan sedang dimainkan oleh petugas museum.Konon gamelan itu adalah yang digunakan saat pementasan wayang dilakukan.
Selain itu terdapat juga boneka-boneka dari luar negeri yang beberapa diantaranya terlihat agak menyeramkan namun ada juga yang terlihat seperti manusia sebenarnya.Di dekat boneka-boneka luar negeri tersebut juga terdapat suatu ruangan yang terkunci dan tidak boleh dimasuki.
Kemudian terdapat ruangan lain yang memiliki nuansa yang berbeda dengan ruangan sebelumnya yang berisi wayang dan boneka luar negeri tersebut. Ruangan itu terlihat amat elegan dan susunan wayangnya terlihat lebih rapih dan membentuk sebuah cerita.Terlihat juga seorang petugas yang menjelaskan tentang wayang-wayang tersebut kepada salah satu pengunjung.
Kemudian ruangan dilanjutkan dengan lantai yang menurun yang di sisi-sisi kanan kirinya terdapat wayang-wayang yang kurang jelas karena saat itu pencahayaannya kurang.Lalu di lantai bawah terdapat sebuah toko souvenir yang menjual beberapa barang yang berhubungan dengan wayang dengan harga yang terjangkau.





BAB IV
Implikasi Teori

Teori Semiotika
Adalah teori yang membahas tentang penafsiran berdasarkan tanda-tanda yang terdapat pada sesuatu.Dalam pembahasan tentang tugas kunjungan ke museum ini, hubungannya dengan teori ini terletak pada beberapa wayang yang diletakkan di dalam museum namun tidak memiliki penjelasan apapun di dekatnya.Hal ini menjadi kekurangan bagi museum namun membuat pengunjung jadi melakukan beberapa penafsiran tentang makna dari wayang yang dipajang tersebut.
Selain itu hubungannya dengan teori semiotik terletak pada penempatan wayang-wayang di dalam museum.Peletakkan wayang-wayang di tempat mereka masing-masing pastilah memiliki makna tersendiri.
Kemudian teori semiotik juga dapat dilihat pada perbedaan desain dan pencahayaan dari tiap-tiap ruangan yang ada di museum.Seakan ada suatu suasana-suasana berbeda yang hendak diciptakan.

Teori Komunikasi Publik
Adalah teori tentang pertukaran pesan yang dilakukan oleh beberapa orang yang berada dalam suatu organisasi  baik secara tatap muka atau melalui media. Dalam hubungannya dengan tugas kunjungan ini adalah saat ada seorang petugas museum yang menjelaskan kepada  pengunjung tentang apa makna dan cerita dibalik sebuah susunan wayang-wayang.

Komunikasi publik ini bertujuan untuk membuat pengunjung paham mengenai wayang-wayang dan mungkin akan menyebarkannya dengan orang lain sehingga menambah harapan semakin banyak orang yang lebih mengenal wayang dan budaya Indonesia. Ini berarti pengunjung yang telah mengerti dan paham akan melakukan komunikasi publik dengan orang lain yang akan diberi informasi..

Teori Penetrasi Sosial
Ketika suatu hubungan tertentu antar individu menjadi berkembang,  maka komunikasi akan mengalami pergeseran dari asalanya yang dangkal atau tidak intim, menjadi lebih personal atau lebih intim. Hubungannya dengan tugas ini adalah dengan mengubah hubungan antar individu menjadi hubungan antara individu dengan budaya Indonesia yang berada dalam Museum Wayang. Maksudnya akan dijelaskan dengan menggunakan contoh berikut :
Pada saat pertama kali menuju ke Museum Wayang rasanya penulis tidak memiliki rasa apapun terhadap budaya Indonesia ataupun museum.Namun setelah mengunjungi museum dan memahami tentang wayang beserta isinya rasanya penulis menjadi merasakan betapa menariknya budaya Indonesia beserta isinya dan timbul rasa cinta terhadap budaya-budaya Indonesia.
Jadi persamaannya dengan penetrasi sosial adalah pada awalnya belum ada rasa tertarik mempelajari tentang budaya sampai akhirnya tertarik dan mau mempelajari lebih jauh dan menyebarkan apa yang telah kita ketahui kepada individu lainnya agar dapat menyebarkan tentang budaya Indonesia.




BAB V
Kesimpulan

Museum Wayang berisikan wayang-wayang yang sangat menarik dan dapat mengedukasi banyak orang tentang budaya Indonesia yang amat sangat kaya.Museum ini adalah suatu bangunan yang berisikan banyak hal positif dan baik namun tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat beberapa kekurangan yang dimiliki oleh Museum Wayang ini.
1.    
     1. Terletak pada pencahayaan yang kurang pada beberapa ruangan yang ada dalam museum. Pencahayaan yang kurang menyebabkan tulisan pada penjelasan wayang sulit untuk dibaca dan dimengerti. Kadang malah sulit untuk dibaca. Namun ada suatu ruangan yang memiliki pencahayaan yang baik dan dapat dengan jelas dibaca penjelasannya.
ü  Sebaiknya semua ruangan di dalam museum diberikan pencahayaan yang baik dan merata untuk setiap ruangan , tidak hanya pada beberapa ruangan saja.

2.    2. Masih banyak wayang-wayang yang tidak disertai dengan penjelasan sehingga menyulitkan pengunjung saat ingin mengetahui asal usul wayang tersebut.
ü  Sebaiknya hal tersebut lebih diperhatikan agar memudahkan para pengunjung baik wisatawan lokal maupun mancanegara dalam mendapatkan informasi yang jelas setelah  dari Museum Wayang.

3      3.  Kurangnya kenyamanan bagi pengunjung dalam museum karena fungsi dari pendingin ruangan tidak digunakan dengan maksimal atau tidak dinyalakan. Pendingin ruangan hanya bekerja dengan maksimal di satu ruangan saja sedangkan banyak ruangan-ruangan yang tidak bekerja dengan maksimal atau tidak menyala.
ü  Sebaiknya hal tersebut lebih diperhatikan sehingga membuat para pengunjung berniat untuk kembali mengunjungi Museum Wayang.

4.     4.  Kurangnya petugas museum dalam menjelaskan mengenai wayang-wayang berserta isinya kepada pengunjung museum. Apalagi dalam museum banyak wayang yang tidak disertai dengan penjelasan sehingga membuat pengunjung tidak mendapatkan informasi secara maksimal
ü  Sebaiknya perbanyak petugas-petugas Museum agar pengunjung yang datang mendapatkan informasi yang jelas dan tidak bingung.

5.      5.  Kurangnya kerapihan di Museum Wayang karena terlihat tidak terawat baik dari dalam maupun dari luar museum. Selain itu museum juga terlihat sangat berbeda di dalam website resminya yang menunjukkan betapa luar biasanya museum ini padahal aslinya tidak seperti yang digambarkan website tersebut.
ü  Sebaiknya museum diperhatikan dan dipelihara dengan baik agar terlihat lebih terawat sehingga pengunjung lebih tertarik untuk datang dan tidak terlihat berbeda dengan website yang ada supaya wisatawan yang tertarik untuk datang setelah melihat website tidak akan kecewa juga melihat museum ternyata berbeda dengan website nya.


 
  
Kesimpulan atas tugas kunjungan ke Museum Wayang ini adalah banyak sekali pengalaman dan pelajaran baru yang didapatkan penulis atas tugas ini. Dari yang tidak pernah sama sekali ke museum hingga sekarang telah membuat laporan tentang Museum Wayang yang ternyata sangat luar biasa menarik dan menyimpan banyak sejarah yang sangat menarik untuk dikulas lebih jauh.
Pengalaman kunjungan ke Museum Wayang ini membuat penulis menjadi lebih mengenal salah satu budaya Indonesia yaitu Wayang. Meskipun tidak memahami tentang semua jenis wayang yang ada disana tapi setidaknya penulis telah mengetahui budaya Indonesia ternyata sangat kaya dan eksotis. Sangatlah penting untuk mengetahui budaya ini dan membanggakannya sebagai orang Indonesia.
Museum Wayang adalah tempat yang sangat penuh sejarah dan seharusnya generasi muda lebih banyak menaruh perhatiannya terhadap budaya Indonesia dan peninggalan-peninggalan jaman dahulu Indonesia dengan mengunjungi museum-museum yang ada di Indonesia agar dapat lebih mengerti kekayaan budaya Indonesia, seperti teori penetrasi sosial yang mengatakan bahwa hubungan baru dimulai dengan adanya komunikasi awal yang dapat membawa ke hubungan yang lebih dekat. Komunikasi awal adalah dengan memulai mendatangi bukti-bukti sejarah Indonesia dan pastinya akan mendatangkan rasa tertarik dan akhirnya tercipta kecintaan terhadap Indonesia.







BAB 6
Daftar Pustaka

Administrator. 2014. Wisata Kota Tua Jakarta: Museum Wayang. [Online] http://infojakarta.net/wisata-kota-tua-jakarta-museum-wayang/. Diakses : 28 November 2014
Barliana, Syaom. [Online] http://www.academia.edu/1045086/S_E_M_I_O_T_I_K_A_TENTANG_MEMBACA_TANDA-TANDA. Diakses : 5 Desember 2014



Monday, 8 December 2014

Acara GO GO CREADZY



Bulan lalu, LBM atau Lembaga Minat Bakat Fikom Untar Creadzy mengadakan suatu proker yang berjudul ‘Go Go Creadzy’. Proker ini bertemakan sebuah permainan yang diadaptasi dari gameshow di Korea yang bernama ‘Running Man’

Permainan ini dimulai dengan pembagian tim beranggotakan 5 orang yang wajib untuk menunjukkan yel-yel yang telah mereka persiapkan untuk panitia, jika dirasa sudah cukup baik maka tim diberikan suatu pentunjuk untuk menuju ke pos selanjutnya untuk mendapatkan petunjuk selainnya.

Hal tersebut berulang-ulang dilakukan sampai peserta akhirnya bertemu di tempat yang diinginkan panitia yaitu di daerah evakuasi dekat kolam gedung utama. Petunjuk-petunjuk diletakkan di tempat yang tidak terpikirkan dan sangat menantang bagi tim-tim yang berpartisipasi.

Mulai dari gedung parkir, gedung 2 Untar, bahkan sampai ke Mall Ciputra Jakarta. Meski sulit bagi tim-tim saat mencari petunjuk, mereka semua tetap berusaha hingga menyelesaikan seluruh permainan hingga akhir dengan sukses.

Training I-Focus



Dari Mata Sampai ke Kamera inilah merupakan tema dari training I-Focus. Selama 3 hari lamanya yaitu pada tanggal 24-26 Oktober 2014 rombongan I-Focus pertama kalinya mengadakan training eksternal di Pulau Pari dengan kepengurusan yang baru. 

Tak ketinggalan pula beberapa dosen dan senior yang turut membantu mereka belajar untuk mendapatkan hasil bidikan yang bagus.