Ivana Tangmar 915130116
BAB I
Latar
Belakang
Dalam tugas untuk mengunjungi tempat wisata, Museum
Wayang yang terletak di Kota Tua menjadi
tujuan kelompok kami. Museum itu terletak berdekatan dengan alun-alun
Kota Tua dan Museum Fatahillah yang kala itu sedang dalam masa renovasi.
Museum Wayang adalah museum yang berisikan hampir lebih
dari 5000 wayang yang berasal dari Indonesia serta terdapat boneka-boneka lain
yang berasal dari negara lain seperti Malaysia, Suriname, Kelantan, Perancis,
Kamboja, India, Pakistan, Vietnam, Inggis, Amerika dan Thailand.
Museum Wayang pada mulanya adalah sebuah gereja tua yang
didirikan VOC pada tahun 1640 dengan nama “de oude Hollandsche Kerk” yang
berfungsi sebagai tempat peribadatan penduduk sipil dan tetnara bangsa Belanda
yang tinggal di Batavia. Gereja itu juga pernah mengalami perbaikan pada tahun
1732 dan berganti nama menjadi Oude Holandsche Kerk. Kemudian terjadi sebuah
gempa yang menyebabkan gereja ini runtuh dan kemudian dibangunlah Museum Wayang
diatas tanah gereja itu setelah pada tahun 1957 gedung itu diserahkan kepada
Lembaga Kebudayaan Indonesia. Hingga akhirnya museum ini diresmikan oleh
Gubernur Jakarta saat itu yaitu Ali Sadikin pada tanggal 13 Agustus 1975.
Wayang secara etimologi berasal dari kata
‘bayang-bayang’.Awalnya Wayang ini digunakan untuk melakukan komunikasi dengan
roh leluhur atau nenek moyang, dan perantaranya disebut dalang.Namun akhirnya
berkembang menjadi sebuah sarana hiburan, pendidikan, media informasi maupun
ajaran moral.
Wayang di Indonesia terutama di Pulau Jawa mulanya
merupakan produk kebudayaan keratin.Wayang yang pada awalnya dijadikan alat
pemujaan leluhur maka setelah kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia sekitar abad
ke-5 Masehi mengalami pergeseran nilai.Dunia Pewayangan Indonesia mendapat
pengaruh secara khas terutama dalam hal ceritera/lakon seperti ceritera
Ramayana dan Mahabharata sehingga bentuk dan sajiannya semakin berubah dan luas
jangkauannya dalam tampilan dan tema ceritanya.Dalam perkembangan kemudian
wayang di Indonesia telah demikian mentradisi sehingga mampu bertahan di
tengah-tengah masyarakat.
Para pengunjung di Museum Wayang diajak untuk mengenal
berbagai karakter, sikap maupun perilaku lakon dari berbagai daerah melalui
tampilan wayang yang mempunyai bobot yang lhur dan tinggi nilainya dalam budaya
kita dengan menyaksikan sejumlah koleksi wayang, seperti wayang kulit, wayang
golek, patung wayang, topeng wayang, wayang beber, wayang kaca, gamelan serta
lukisan-lukisan wayang.
Selain ada wayang-wayang, dalam Museum Wayang juga
terdapat sebuah taman yang historis karena ada 9 prasasti yang ditulis dengan
menggunakan bahasa Belanda yang ternyata menampilkan nama-nama pejabat Belanda
yang pernah dimakamkan di halaman Museum Wayang yang dulu merupakan sebuah
halaman gereja. Dan kebetulan di halaman gereja itu dijadikan tempat pemakaman
yang bernama Makam Kebon Jahe Kober, tepatnya tahun 1795.Ketika itu terjadi
suatu wabah yang membuat banyak warga belanda di Batavia meninggal.Hal ini
membuat kebutuhan lahan penguburan meningkat signifikan.
Selain 9 prasasti, di taman tersebut juga terdapat sebuah
prasasti yang terletak persis di seberang 9 prasasti tersebut. 1 prasasti itu
bertuliskan nama Jan Pieterszoon Coen, penakluk Batavia pada 1619. Prasasti itu
menunjukkan makam dari Jan Pieterszoon Coen dengan menggunakan bahasa Belanda
juga.
BAB II
Metode
Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah
menggunakan metode kuantitatif karena penelitian kali ini berfokus kepada
pendapat dari penulis. Metode kuantitatif adalah metode yang memiliki
pendekatan interpretivisme yang mempunyai karakteristik seperti :
1. Subjektif
2. Metodis
3. Sistematis
4. Kasuistik
Bersifat subjektif, maksudnya adalah penelitian ini
berbasis pada pendapat dari penulis dan bersifat subjektif karena pendapat dari
tiap orang berbeda-beda maka tidak mungkin menggunakan metodologi kualitatif
yang bersifat objektif dan tiap diuji ulang menghasilkan reaksi yang sama.
Metodis, maksudnya dalam metode kuantitatif menggunakan
teori framing, analisis dan semiotik. Bukan seperti metode kualitatif yang menggunakan
eksperimen
Sistematis, maksudnya adalah penelitian ini bukan
merupakan suatu bahasan yang memiliki kesimpulan yang sama dengan tulisan lain
yang bertema sama.
Kasuistik, maksudnya adalah suatu tulisan akan dibuat
sesuai dengan ideologi seseorang dan tergantung cara pikir orang lain. Jadi
tidak bisa diterima mutlak oleh semua orang karena pendapat setiap orang
berbeda-beda
BAB III
Pembahasan
Ketika pertama kali memasuki museum, terdapat 2 boneka
wayang yang sangat tinggi dan besar yang terdapat di belakang loket kemudian
terdapat sebuah lorong yang di sisi kanan dan kirinya terdapat wayang-wayang
yang berasal dari belahan Indonesia.Ada yang diletakkan di dalam lemari kaca
dan ada juga yang tidak dilindungi lemari kaca.
Setelah melewati taman historis Museum Wayang, terdapat
suatu ruangan yang berisikan beberapa wayang yang sangat unik. Salah satunya
adalah sebuah wayang yang digunakan dalam pemakaman untuk diletakkan bersama
jasad pria yang belum menikah.Wayang tersebut terletak di pojokan ruangan dan
terlihat agak mengerikan dan raut mukanya sedih.Namun selain itu juga terdapat
wayang yang mengingatkan dengan masa kecil tetapi lebih tepat disebut boneka
yaitu Si Unyil dan ada Ondel-ondel yang berukuran besar.
Kemudian ruangan tersebut dilanjutkan dengan sebuah
tempat yang menunjukkan wayang-wayang yang disusun seakan membuat sebuah
cerita.Mulai dari boneka wayang berbentuk orang Belanda melawan orang Betawi
sampai ada boneka Si Manis Jembatan Ancol dan teman-temannya.Boneka wayang yang
berada di ruangan itu terlihat begitu nyata dan persis seperti manusia walaupun
berukuran kecil.
Museum wayang memiliki 2 lantai dan tangga menuju lantai
kedua terdapat diujung ruangan lantai 1.Saat menaiki lantai ke dua, terlihat
beberapa susunan wayang yang dimasukkan ke dalam kaca tipis dan terlihat sangat
menarik.Di lantai ini terdapat juga gamelan yang kebetulan sedang dimainkan
oleh petugas museum.Konon gamelan itu adalah yang digunakan saat pementasan
wayang dilakukan.
Selain itu terdapat juga boneka-boneka dari luar negeri
yang beberapa diantaranya terlihat agak menyeramkan namun ada juga yang
terlihat seperti manusia sebenarnya.Di dekat boneka-boneka luar negeri tersebut
juga terdapat suatu ruangan yang terkunci dan tidak boleh dimasuki.
Kemudian terdapat ruangan lain yang memiliki nuansa yang
berbeda dengan ruangan sebelumnya yang berisi wayang dan boneka luar negeri
tersebut. Ruangan itu terlihat amat elegan dan susunan wayangnya terlihat lebih
rapih dan membentuk sebuah cerita.Terlihat juga seorang petugas yang
menjelaskan tentang wayang-wayang tersebut kepada salah satu pengunjung.
Kemudian ruangan dilanjutkan dengan lantai yang menurun
yang di sisi-sisi kanan kirinya terdapat wayang-wayang yang kurang jelas karena
saat itu pencahayaannya kurang.Lalu di lantai bawah terdapat sebuah toko
souvenir yang menjual beberapa barang yang berhubungan dengan wayang dengan
harga yang terjangkau.
BAB IV
Implikasi
Teori
Teori
Semiotika
Adalah teori yang membahas tentang penafsiran berdasarkan
tanda-tanda yang terdapat pada sesuatu.Dalam pembahasan tentang tugas kunjungan
ke museum ini, hubungannya dengan teori ini terletak pada beberapa wayang yang
diletakkan di dalam museum namun tidak memiliki penjelasan apapun di
dekatnya.Hal ini menjadi kekurangan bagi museum namun membuat pengunjung jadi
melakukan beberapa penafsiran tentang makna dari wayang yang dipajang tersebut.
Selain itu hubungannya dengan teori semiotik terletak
pada penempatan wayang-wayang di dalam museum.Peletakkan wayang-wayang di
tempat mereka masing-masing pastilah memiliki makna tersendiri.
Kemudian teori semiotik juga dapat dilihat pada perbedaan
desain dan pencahayaan dari tiap-tiap ruangan yang ada di museum.Seakan ada
suatu suasana-suasana berbeda yang hendak diciptakan.
Teori
Komunikasi Publik
Adalah teori tentang pertukaran pesan yang dilakukan oleh
beberapa orang yang berada dalam suatu organisasi baik secara tatap muka atau melalui media.
Dalam hubungannya dengan tugas kunjungan ini adalah saat ada seorang petugas
museum yang menjelaskan kepada
pengunjung tentang apa makna dan cerita dibalik sebuah susunan
wayang-wayang.
Komunikasi publik ini bertujuan untuk membuat pengunjung
paham mengenai wayang-wayang dan mungkin akan menyebarkannya dengan orang lain
sehingga menambah harapan semakin banyak orang yang lebih mengenal wayang dan
budaya Indonesia. Ini berarti pengunjung yang telah mengerti dan paham akan
melakukan komunikasi publik dengan orang lain yang akan diberi informasi..
Teori
Penetrasi Sosial
Ketika suatu hubungan tertentu antar individu menjadi
berkembang, maka komunikasi akan
mengalami pergeseran dari asalanya yang dangkal atau tidak intim, menjadi lebih
personal atau lebih intim. Hubungannya dengan tugas ini adalah dengan mengubah
hubungan antar individu menjadi hubungan antara individu dengan budaya
Indonesia yang berada dalam Museum Wayang. Maksudnya akan dijelaskan dengan
menggunakan contoh berikut :
Pada saat pertama kali menuju ke Museum Wayang rasanya
penulis tidak memiliki rasa apapun terhadap budaya Indonesia ataupun museum.Namun
setelah mengunjungi museum dan memahami tentang wayang beserta isinya rasanya
penulis menjadi merasakan betapa menariknya budaya Indonesia beserta isinya dan
timbul rasa cinta terhadap budaya-budaya Indonesia.
Jadi persamaannya dengan penetrasi sosial adalah pada
awalnya belum ada rasa tertarik mempelajari tentang budaya sampai akhirnya
tertarik dan mau mempelajari lebih jauh dan menyebarkan apa yang telah kita
ketahui kepada individu lainnya agar dapat menyebarkan tentang budaya
Indonesia.
BAB V
Kesimpulan
Museum Wayang berisikan wayang-wayang yang sangat menarik
dan dapat mengedukasi banyak orang tentang budaya Indonesia yang amat sangat
kaya.Museum ini adalah suatu bangunan yang berisikan banyak hal positif dan
baik namun tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat beberapa kekurangan yang
dimiliki oleh Museum Wayang ini.
1.
1. Terletak
pada pencahayaan yang kurang pada beberapa ruangan yang ada dalam museum.
Pencahayaan yang kurang menyebabkan tulisan pada penjelasan wayang sulit untuk
dibaca dan dimengerti. Kadang malah sulit untuk dibaca. Namun ada suatu ruangan
yang memiliki pencahayaan yang baik dan dapat dengan jelas dibaca
penjelasannya.
ü Sebaiknya
semua ruangan di dalam museum diberikan pencahayaan yang baik dan merata untuk
setiap ruangan , tidak hanya pada beberapa ruangan saja.
2. 2. Masih
banyak wayang-wayang yang tidak disertai dengan penjelasan sehingga menyulitkan
pengunjung saat ingin mengetahui asal usul wayang tersebut.
ü Sebaiknya
hal tersebut lebih diperhatikan agar memudahkan para pengunjung baik wisatawan
lokal maupun mancanegara dalam mendapatkan informasi yang jelas setelah dari Museum Wayang.
3 3. Kurangnya
kenyamanan bagi pengunjung dalam museum karena fungsi dari pendingin ruangan
tidak digunakan dengan maksimal atau tidak dinyalakan. Pendingin ruangan hanya
bekerja dengan maksimal di satu ruangan saja sedangkan banyak ruangan-ruangan
yang tidak bekerja dengan maksimal atau tidak menyala.
ü Sebaiknya
hal tersebut lebih diperhatikan sehingga membuat para pengunjung berniat untuk
kembali mengunjungi Museum Wayang.
4. 4. Kurangnya
petugas museum dalam menjelaskan mengenai wayang-wayang berserta isinya kepada
pengunjung museum. Apalagi dalam museum banyak wayang yang tidak disertai
dengan penjelasan sehingga membuat pengunjung tidak mendapatkan informasi
secara maksimal
ü Sebaiknya
perbanyak petugas-petugas Museum agar pengunjung yang datang mendapatkan
informasi yang jelas dan tidak bingung.
5. 5. Kurangnya
kerapihan di Museum Wayang karena terlihat tidak terawat baik dari dalam maupun
dari luar museum. Selain itu museum juga terlihat sangat berbeda di dalam
website resminya yang menunjukkan betapa luar biasanya museum ini padahal
aslinya tidak seperti yang digambarkan website tersebut.
ü Sebaiknya
museum diperhatikan dan dipelihara dengan baik agar terlihat lebih terawat
sehingga pengunjung lebih tertarik untuk datang dan tidak terlihat berbeda
dengan website yang ada supaya wisatawan yang tertarik untuk datang setelah
melihat website tidak akan kecewa juga melihat museum ternyata berbeda dengan
website nya.
Kesimpulan atas tugas kunjungan ke Museum Wayang ini
adalah banyak sekali pengalaman dan pelajaran baru yang didapatkan penulis atas
tugas ini. Dari yang tidak pernah sama sekali ke museum hingga sekarang telah
membuat laporan tentang Museum Wayang yang ternyata sangat luar biasa menarik
dan menyimpan banyak sejarah yang sangat menarik untuk dikulas lebih jauh.
Pengalaman kunjungan ke Museum Wayang ini membuat penulis
menjadi lebih mengenal salah satu budaya Indonesia yaitu Wayang. Meskipun tidak
memahami tentang semua jenis wayang yang ada disana tapi setidaknya penulis
telah mengetahui budaya Indonesia ternyata sangat kaya dan eksotis. Sangatlah
penting untuk mengetahui budaya ini dan membanggakannya sebagai orang
Indonesia.
Museum Wayang adalah tempat yang sangat penuh sejarah dan
seharusnya generasi muda lebih banyak menaruh perhatiannya terhadap budaya
Indonesia dan peninggalan-peninggalan jaman dahulu Indonesia dengan mengunjungi
museum-museum yang ada di Indonesia agar dapat lebih mengerti kekayaan budaya
Indonesia, seperti teori penetrasi sosial yang mengatakan bahwa hubungan baru
dimulai dengan adanya komunikasi awal yang dapat membawa ke hubungan yang lebih
dekat. Komunikasi awal adalah dengan memulai mendatangi bukti-bukti sejarah
Indonesia dan pastinya akan mendatangkan rasa tertarik dan akhirnya tercipta
kecintaan terhadap Indonesia.
BAB
6
Daftar
Pustaka
Administrator. 2014. Wisata
Kota Tua Jakarta: Museum Wayang. [Online] http://infojakarta.net/wisata-kota-tua-jakarta-museum-wayang/. Diakses : 28 November 2014
Barliana,
Syaom. [Online] http://www.academia.edu/1045086/S_E_M_I_O_T_I_K_A_TENTANG_MEMBACA_TANDA-TANDA. Diakses : 5
Desember 2014
2013.
[Online] https://duniatugasasri.wordpress.com/2013/06/11/pengertian-dan-arti-penting-komunikasi/. Diakses : 5 Desember 2014
2014.
[Online] http://muktikomunikasi.blogspot.com/2014/03/teori-penetrasi-sosial.html. Diakses : 5 Desember 2014